Faradj Bin Said Bin Awad Martak
Arus Merdeka. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hari ini Senin (17/8/2020) telah memasuki usianya yang ke 75 tahun. Sejak di proklamasikan Soekarno - Hatta di jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta bertepatan pada hari jum'at 17 Agustus 1945 pukul 10:00 Wib Indonesia dinyatakan telah merdeka. Dalam data sejarah yang berhasil dihimpun tim redaksi rumah siapakah yang gunakan untuk kumandangkan pembacaan teks Proklamasi?
Selama ini kita hanya tahu kalau proklamasi kemerdekaan yang di bacakan oleh Bung Karno berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur no. 56. Selebihnya kita tidak tahu siapa gerangan pemilik dari rumah yang sangat bersejarah itu. Siapa pemilik rumah yang menjadi tempat tinggal Bung Karno hingga tanah dan bangunannya dihibahkan pada negara.
Rumah Faradj Bin Said Bin Awad Martak Dihibahkan Untuk Proklamasikan Kemerdekaan.
Beliau adalah Faradj bin Said bin Awad Martak (Ayah kandung KH. Yusuf Martak). Ya beliau adalah pedagang Indonesia keturunan Arab ini mengizinkan rumahnya digunakan untuk upacara proklamasi. Bahkan, selama Bung Karno di sana, beliau memberikan pelayanan yang prima termasuk membantu menyembuhkan penyakit Bung Karno yang di derita dengan memberikan madu asli dari yaman. Bahkan sebutan NKRI pun di cetuskan oleh KH. Muhammad Natsir.
KH. Hidayat Nur Wahid Saat Paparkan Sejarah Pencipta Lagu Indonesia Merdeka & Syukur.
Bahkan KH. Hidayat Nurwahid selaku politisi dan pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengungkapkan" Sejarah mulai ada yang mendistorsi fakta sesungguhnya. Contoh: Seorang pencipta lagu perjuangan yang berjudul "Hari Merdeka dan Syukur". Banyak diantara kita yang tak mengenalnya, bahkan oleh sejarah nyaris di samarkan. Siapa sebenarnya pencipta lagu tersebut? Dalam buku sejarah hanya ditulis H. Mutahar. Bahkan para guru terkadang menyebutnya Hans Mutahar. Padahal siapa sebenarnya H. Mutahar?
"H. Muthahar sebenarnya adalah Al-Habib Muhammad Ibnu Husain Al-Muthahar. Dia adalah seorang Habib. Beliau menciptakan lagu Syukur dan di populerkan Januari 1945 (sebelum Indonesia Merdeka)"papar KH. Hidayat Nur wahid
Saat ini dengan usia 75 tahun Indonesia merdeka. Negara yang juga dikenal dengan lintang katulistiwa, negara agraris juga sebagai negara kepulauan. Bergantinya Presiden sejak era Soekarno hingga Jokowido kebijakan pun penuh dinamika.
Namun yang tak boleh dilupakan adalah, rongrongan yang senantiasa menggerogoti keutuhan serta persatuan bangsa adalah dengan adanya gerakan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ya, PKI bergerak secara terang sembunyi-sembunyi. Gerakan nya sudah sudah ada sejak era Presiden Soekarno (G-30-S-PKI) sebagai puncak pemberontakannya di tahun 1965 dan 7 Jenderal terbaik bangsa menjadi korban pembunuhannya secara biadab yang dilakukan di Lubang Buaya Jakarta Timur. Namun pergerakan juga pemberontakannya berhasil di tumpas oleh Soeharto yang akhirnya menjadi Presiden, dengan tidak memberikan kesempatan PKI dan turunannya hidup.
PKI yang memiliki orang tua kandung berada di negara China, saat ini di era Presiden Jokowi mulai menunjukan taringnya kembali. Semula lingkaran pemerintahannya selalu membantah saat tudingan miring yang dialamatkan kepada pemerintahan Jokowi yang ber aviliasi kepada RRC. Namun ternyata perlahan tapi pasti tabir tersebut mulai terkuak.
Sejatinya indikasi adanya keberpihakan pemerintahan Jokowi pada negara RRC nampak satu-per satu perlahan tapi pasti. Sejak stetmen ketua BPIP untuk mengganti Assalamu'alaikum sebagai salam syari nya ummat islam agar diganti menjadi salam Pancasila, hingga usulan konyol untuk mengganti lima sila menjadi Tri sila dan Eka sila dalam rumusan RUU HIP, hingga ke konyolan terbaru yaitu stetmen seorang petinggi pemerintahan kabinet Jokowi yaitu menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Menteri yang sering melontarkan stetmen yang kontroversi bahkan lebih sering melecehkan rakyat nya sendiri, kini dia kembali melontarkan pernyataan sangat menyakiti hati rakyat bahkan bisa membuat nangis para pendiri bangsa yang merumuskan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Pernyataan opung Luhut tersebut meyanjung faham komunisme.
Kali ini, Luhut memuji China yang maju pesat karena mereka menganut paham komunisme. Luhut menuturkan" Paham komunisme yang dianut China diperlukan agar masyarakat di negara tersebut bisa bersatu. Selain itu, paham ini juga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi di China. Kadang kita tidak mau mengakui itu, kita sibuk ngomongin slogan komunis. Komunis itu memang diperlukan untuk negara dia, karena kalau tidak 1,4 miliar penduduk dia itu tidak akan bisa menjadi satu,” tutur Luhut dalam Pidato Ilmiah Indonesia In The Extra Ordinary Time di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat (Dikutip dari media online www.heraldmakassar.com 14/8/2020)
Dia menjelaskan, paham komunisme perlu dilakukan pemerintah di sana agar tidak ada kritik yang tidak perlu. Dengan demikian pemerintah bisa fokus pada pembangunan, sehingga tingkat kemiskinan dapat diselesaikan. Sehingga tingkat kemiskinan yang diselesaikan di China itu lebih besar, dibandingkan negara-negara di dunia,” pungkasnya.
Novel Baswedan Berantas Koruptor Dilukai Polisi
Namun kondisinya saat ini jauh berbeda, konon sudah merdeka Indonesia yang ke 75 tahun. Ironi seharusnya Novel Baswedan yang merupakan pejabat penegak undang-undang, penegak kebenaran, ke Adilan, pemberantas korupsi malah diserang oleh polisi (aparat penegak hukum), tapi Joko Chandra (Seorang Koruptor) malah di lindungi oleh Polisi. Ini negeri Merdeka atau negeri Neraka ya.
Red.